CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 22 Desember 2011

Diary of Ratu-Olimpiade Matematika yang Gagal


Di pagi yang cerah, seusai sarapan seperti biasa aku berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda lamaku. Sesampainya di sekolah, aku meletakkan tasku di sebelah Nera. Sebelum bel berbunyi, aku dan sahabatku berbincang-bincang mengenai pengalaman ketika berlibur.
“Kemarin aku dan keluargaku pergi berlibur ke Bali. Di sana aku bermain pasir di Pantai Kuta.” jelas Melodi.
“Kalau aku kemarin bertamasya ke Candi Borobudur. Kalau kamu ke mana, Ratu?” tanya Nera.
 “Aku hanya di rumah membantu Ibu ku berjualan nasi uduk.” jawabku.
          Tett… bel masuk berbunyi. Pelajaran yang pertama adalah Matematika. Jujur, aku memang suka sama pelajaran Matematika. Kata Mam Oliv (guru matematika) aku memang sangat pandai dalam pelajaran Matematika. Tiba-tiba Mam Oliv memanggilku.
“Ratu,, sini..” panggil Mam Oliv padaku.
“Baik, Mam…” sahutku sambil berjalan menuju Mam Oliv.
“Ratu,, kamu terpilih untuk mewakili sekolah kita dalam Olimpiade Matematika se-Jawa Timur. Mulai nanti malam, kamu harus belajar karena olimpiade itu akan diadakan besok pagi.” jelas Mam Oliv.
“Oke, Mam..” jawabku sambil menunjukkan raut wajah yang gembira karena dari 400 murid hanya aku yang dapat terpilih mewakili sekolahku.
Lalu aku kembali duduk ke bangkuku. Melodi dan Nera tak henti-hentinya memberikan motivasi untukku. Sejak itulah aku mulai giat belajar.
Singkat cerita aja ya..
Tett.. Bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera mengambil sepedaku yang ku parkir di halaman sekolah. Aku tak sabar segera belajar untuk olimpiade besok. Eh,  tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan sepedaku. Ketika aku menoleh ke bawah, ternyata benar. Rantai sepedaku hilang. Aku Tanya sama teman-temanku tidak ada yang mau mengaku. Huh.. Akhirnya aku terpaksa pulang sekolah dengan menuntun sepeda lamaku ini. Perjalanannya kira-kira sekitar 2 km.
“Dasar sepeda reot.. merepotkan saja!” keluhku di perjalanan.
          Sesampainya di rumah, aku membanting sepedaku begitu saja di depan pagar. Brakk… Lalu Ibu mendengarnya dan memarahiku.
“Ratu, kenapa kamu membanting sepeda itu? Kamu kira itu belinya pake daun apa? Kalau kamu sidah tidak butuh sepeda itu ya sudah, mulai besok kamu jalan kaki saja!” omel Ibu.
Aku hanya tertawa kecil dan segera ganti baju di kamar.
 “Dasar anak bandel !!” kataku dalam hati menyindir diriku sendiri.
          Dari siang sampai malam tak henti-hentinya aku membaca buku-bukuku sambil mendengarkan lagu melalui headset. Sampai-sampai aku lupa makan siang dan makan malam. Sekitar pukul 19.30 ibu mengetuk pintu kamarku.
“Ratu, Ratu masih marah ya sama Ibu? Maafkan Ibu tadi siang ya.. ayo sekarang Ratu makan malam dulu.. Nanti sakit lho..” rayu Ibu.
“Nggak kok, Bu. Ratu nggak marah sama Ibu. Ratu makan malamnya nanti aja ya, Bu. Ratu masih belajar untuk Olimpiade Matematika besok” pintah ku dari dalam kamar.
“Ya sudah kalau Ratu masih belajar. Tapi janji lho ya, nanti malam makan.” tanya Ibu.
“Iya, Bu..” jawabku .
             Tiba-tiba aku ketiduran di meja belajarku hingga larut malam. Akhirnya, aku lupa deh nggak makan malam.
             Kukuruyukk… Ayam jantan berkokok. Terik matahari menyinariku. Tiba-tiba kepalaku terasa berat. Mataku berknang-kunang. Entah kenapa, tiba-tiba ketika aku turun dari ranjangku, aku terjatuh dan kepalaku terbentur ujung meja. Darah mengucur dari ubun-ubunku. Aku langsung pingsan. Ibuku yang awalnya mau membersihkan kamarku secara spontan kaget setelah melihat aku terjatuh.
“Ayah,,,, Ra..Ratu jatuh, Yah.. Kepalanya berdarah.” teriak Ibu.
Lalu Ayah segera masuk ke kamarku dan segera membawaku ke rumah sakit agar mendapat pertolongan.
          Ketika tiba di rumah sakit, dokter tersebut berkata bahwa aku kehabisan darah dan membutuhkan donor darah segera. Ayah dan Ibu menjadi kebingungan. Dan aku pun merasa sedih karena telah gagal mengikuti olimiade matematika dan telah merepotkan ayah dan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar